Festival Santet di Banyuwangi, Muhammadiyah: Dilarang Agama
Di lansir dari gracegospelwa.org, Ketua Muhammadiyah Dadang Kahmad menanggapi Festival Santet di Banyuwangi yang akan di selenggarakan oleh Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) pada bulan Suro, sekitar Agustus-September mendatang. Menurut Dadang, acara tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama Islam karena bersifat syirik atau menduakan Allah SWT.
“Muhammadiyah dengan tegas, santet oleh dukun itu di larang oleh agama karena itu mencelakakan dan berlaku tidak jantan,” kata Dadang saat di hubungi.
1. Festival Santet untuk edukasi dinilai tidak relevan
Mengutip dari hoke-raeford.com, menurut Dadang, Festival Santet yang di gelar Perdunu dengan alasan edukasi tidak relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Sebab, santet merupakan peninggalan budaya kuno yang ingin di tinggalkan oleh masyarakat modern.
“Persoalan-persoalan harusnya di pecahkan melalui sains, bukan melalui magic. Kita jangan kembali ke masa lalu. (Berfikir) ke depan bagaimana dunia ini menghormati ilmu pengetahuan, di samping mereka berdoa pada Allah dan agama masing-masing,” tutur Dadang.
2. Muhammadiyah imbau Perdunu agar membatalkan Festival Santet di Banyuwangi
Muhammadiyah juga mengimbau kepada Perdunu untuk segera membatalkan Festival Santet tersebut. Dadang menilai, kegiatan santet dan perdukunan di Indonesia akan meresahkan masyarakat jika tetap di gelar pada bulan Suro mendatang.
“Dulu kan pernah isu santet luar biasa. Saya kira jangan di hidupkan lagi. Kalau pun ada peninggalan masa lalu (untuk edukasi) jangan sampai yang menimbulkan polemik di masyarakat,” Dadang mengimbau.
3. Perdunu akhirnya sepakat untuk menghapus kata Santet
Sebelumnya, belasan tokoh ulama beserta dukun di Kabupaten Banyuwangi baru saja mendirikan Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) pada 3 Februari 2021. Meski baru terbentuk, komunitas tersebut mendapat sorotan karena bakal menggelar acara Festival Santet yang rencananya akan berlangsung pada bulan Suro, sekitar Agustus-September mendatang.
Festival Santet tersebut mendapat sorotan dari berbagai kalangan, mulai dari pelaku pariwisata hingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Perdunu didesak untuk menghilangkan kata “santet” dan “dukun” dalam kegiatan dan nama komunitasnya.
Melalui dialog dengan berbagai pihak, Perdunu akhirnya menghapus kata “santet”. “Jadi kami skip dulu kegiatan tersebut, karena kata santet itu yang memicu viral dan kegaduhan di dunia maya. Banyak yang masih bingung dan termakan makna negatif santet,” kata deklarator Perdunu, In’amul Muttaqien kepada IDN Times, Sabtu (13/2/2021).
Sementara, terkait kata “dukun” dalam komunitasnya, pihaknya masih mempertahankan karena tujuan terbentuknya Perdunu di harapakan bisa mengenalkan apa itu dukun.
“Mereka menuntut untuk mengganti kata santet dengan kata yang lebih elegan. Bahkan menuntut kata dukun juga diganti. Kami akhirnya rapat terbatas dengan seluruh deklarator. Awalnya tetap satu kata, agar tidak menghilangkan kata dukun, termasuk kata santet,” ujarnya.
“Kemudian pada hearing kedua, kami pertimbangkan daripada menghambat program kami, maka kami pending, lagian juga masih jauh (bulan Suro). Bisa juga di ganti bahasa apa. Kalau Perdunu tetap, kata dukun tidak di hilangkan,” tambahnya.